Rabu, 29 Februari 2012

Deritaku Seorang Laila

“Laila....!!”
Ku menoleh kebelakang, “Bagaimana kabarmu?”
“Mas Aryo... alhamdulillah baik-baik saja,,,mas Aryo sendiri bagaimana?” jawabku pada pemuda tampan itu yang sudah lama aku taksir sejak awal aku bertemu dia saat MOS di SMA ini.
“Alhamdulilah baik-baik juga,kamu masih se-kos-an dengan Ela kan??”
Bagai hati ini terhantam batu besar dari Merapi mendengar nama Ela yang keluar dari bibir manisnya,namun tetap ku sembunyikan perasaan sakit itu,ku tetap menampilkan wajah cerah yang penuh dengan kebahagiaan,aku tak mau dia tahu tentang perasaanku.
“Hai...Laila..!!” kata mas Aryo membuyarkan lamunanku.
“Emh....iya,aku masih se-kos-an denganak Ela,mau nitip salam mas?” kataku sambil hati ini menahan sakit yang luar biasa.
“He he he...nitip ya?” jawab mas Aryo sambil meringis penuh bahagia.
“Salam apa mas?” godaku padanya,ya untuk menutupi semua rasa yang aku miliki padanya.
“Enaknya salam apa?” katanya dengan pandangan menerawang ke angkasa
“Sayang dan cinta aja wes...”sambungnya.
Saat itu aku terdiam menahan sakitku menatap mas Aryo yang berwajah kegirangan. Ingin rasanya saat itu juga aku menangis, namun aku tak bisa lakukan itu,aku paksakan untuk berkata,
“Iya dehhh...ntar aku sampaikan,,,”
“Makasih sayangku Laila..” katanya sambil menyubit pipiku penuh kegirangan dan ngeloyor begitu saja meninggalkan aku sendiri dengan sakit hatiku.
“Sama sama mas Aryoku sayang..”kata ku dalam hati, andai kata sayang dan cubitan itu tadi tanda cintanya padaku... Namun itu adalah suatu mimpi yang tak akan pernah terwujud, ya mimpi yang sampai saat ini begitu menyesakkan dada. Tak ku sadari air mata berderai membasahi pipi, tiada yang tahu tentang perasaanku pada mas Aryo,seberapa dalam dan pedih yang ku alami. Aku tak pernah mau bercerita pada siapa-siapa,aku terlalu malu untuk mengatakannya, ya ... Untuk aku gadis desa yang tak pantas untuk seorang seperti mas Aryo, seorang yang tampan, kaya, pinter dan populer di sekolah. Sedang aku...?anak bawang yang dekil dan tak ada yang pernah mengenal aku, tidak seperti mbak Ela yang cantik, pintar dan terkenal.
“Laila....”
“Iya...” jawabku spontan karena kaget sambil kuhapus air mataku untuk menghilangkan jejak pedihku.
“Ngapain disini sendiri?” tanya Lala- cewek gendut berkaca mata-, dialah satu-satunya orang yang mengenal baik aku di sekolah.
“Tak apa.... gimana Pr mu hari ini,udah selesai??”
“Udah dong...aduh Laila hari ini aku bahagia banget...” katanya padaku dengan muka yang merona berkilau terkena sinar mentari pagi.
“Sini deh....” sambil menggeret tanganku ke bangku taman
“Apa sih..?”
“Tadikan aku ketemu mas Aryo,katanya “Lala..dapat salam dari Danu..” tau kan dia, cowok yang aku taksir...aduh rasanya lemes badan ku....melayang-layang?”
Saat ku dengar nama mas Aryo,pikiranku mulai melayang menjelajahi alam khayalan untuk menemui mas Aryo dan akan ku katakan cinta padanya.
“Mas... Laila sayang mas Aryo..”
“Iya Laila, mas Aryo juga sayang kamu, kita akan merajut benang cinta dengan kesucian dan dengan kesetiaan kita kan selalu bersama..” katanya sambil memegang tanganku dan kemudian mencium keningku.
“Hello...laila...” kata Lala membuyarkan lamunanku.
“Ya...” kataku spontan karena kaget.
“Hih...dari tadi ngelamun, gak dengerin ceritaku, tega banget...”
“Aduhh...maafin deh..., aku lagi gak enak badan” terpaksa aku bohong untuk menutupi kebodohanku.
“Kamu sakit? ya udah pulang aja...kenapa gak bilang dari tadi??” kata Lala yang sudah terlepas adari keamarahan, dan kini dia mengkhawatirkanku, “Maafkan aku Lala...aku terpaksa bohong..” kataku dalam hati.
“Udah ayo pulang, aku antar” sambil dia membangunkanku dari bangku taman.
Maafkan aku lala,aku tak ada niat membohongimu, aku terpaksa lakukan ini, tak bisa ku katakan padamu tentang dia. Namun suatu hari kamu kan mengetahuinya. Suatu hari,tidak sekarang...
~@@@@@@@~
“Sudah pulang mbak...?”
“Iya...capek bgt...gimana ulanganmu hari ini?”
“Lumayan lah mbak...pusing..dapet salam dari mas Aryo, salam cinta dan sayang” sambilku menyeduh teh. Sebenarnya aku pusing bukan karena ulanganku, tapi karena bertemu dengan mas Aryo dan menitip salam ke sampean mbak...sakit sekali mbak, kataku di lubuk hati.
“O ya...?” tiba-tiba mbak Ela melompat ke kasur dan duduk di depanku tepat, dengan wajah yang penuh bunga.
“ Aduh...mbak pelan-pelan aja dong..ini teh ku tumpah...” kataku sedikit sewot.
“Hehehe...maaf deh...tadi gimana ceritanya??”
“Hih...” sambil ku bersihkan air teh yang tumpah di kasur
“Aduh masak gitu doang marah” katanya menggoda ku,sambil menyolek daguku.
“Apaan sih mbak...” kataku sewot, aku bukan marah karena teh ini tapi marah karena kenapa mabak Ela yang mendapat cintanya mas Aryo.
“Ayo dong..” godanya
“Jadi gini tadi, pas aku di lorong kelas 12, tiba-tiba mas Aryo manggil aku,dan bilang nitip salam ke sampean, salam sayang dan cinta, hufh pake’ nyubit pipiku pula...hah sakit tahu mbak..gantiin!!!”
“Ih ogah...dia aja sono, kok aku..”
“Ih entar mbak Ela cemburu, aku gak di sapa setahun deh..”
“Ya iya lah...3 tahun malah..”
“Huh..” pedih banget sebenarnya hati ini, ingin sekali aku menangis, mas Aryo, mengapa harus kamu yang aku sayang dan mengapa harus bertepuk sebelah tangan??
Malam kian larut, kabut-kabut kesunyian semakain menyelimuti, lama hati ini tak terisi akan cinta pada seorang pujaan hati, dan sekarang ketika telah terisi malah tersakiti, aku yang mencintai namun aku tak pernah di cintai. Mas Aryo pemuda tampan penuh kharisma yang sangat mencintai mbak Ela. Betapa lara hati ini,berapa kali aku di ajak bercerita tentang sesama oleh keduanya, aku diam, namun luka di hati semakin tebal, dulu aku mau katakan bahwa aku menyukai mas Aryo, ingin ku ceritakan pada mbak Ela, namun di saat bersamaan mbk Ela mengatakan bahwa dia merasakan hal yang sama dengan mas Aryo, ku urungkan niatku, tak mungkin aku katakan, apakah aku mau menusuknya dari belakang?? tidak!!! dia sudah aku anggap sebagai kakak sendiri, mbak Ela harus menjaga mas Aryo jika suatu hari mbak Ela mendapatkannya. Besok aku ada janji dengan mbak Ela, aku diminta menemaninya membeli sebuah baju di butik kesayangannya, itu butik milik orang tua mas Aryo. Aku harap besok kami tak bertemu dengan mas Aryo. Aku tak mau hati ini semakin terluka ketika aku melihat mas Aryo dan mbak Ela bersama dengan semburat jingga cinta yang terpancar di kedua bola mata mereka. Malam ini aku mau memejamkan mata, dan berharap tak menemui mas Aryo dalam mimpi sebelumnya yang aku selalu mendapatinya di ujung jalan di bawah remang cahaya lampu dan bersandar di tiang lampu itu.
“Laila...” sapanya di dalam mimpiku, kemudian memelukku, dan menangis. Entah apa yang ia tangisi, aku tak pernah menanyakan, karena pelukannya yang begitu hangat dan luluhkanku sehingga tak ada satupun katayang terucap dari bibir mungilku ini. Malam ini aku tak mau menemuinya, aku melihat ujung jalan, aku akan berbelok di sebuah tikungan, mungkin aku tak akan dapatinya….~bersambung~








Tidak ada komentar:

Posting Komentar